Minggu, 26 Oktober 2008

Baik dan Buruk LSP

Mungkin Bagi sebagian orang "Lsp Telematika" itu Amat penting Bagi yang merasa di untung kan karena sertifikasi yang di berikan sangat diperlukan di dunia kerja yang sangat luas dan sangat sulit untuk di capai..dan Untuk yang sma dapat langsung mendapat sertifikasi skom hanya dengan menjalankan pembelajaran hanya beberapa tahun atau pun bulan dan langsung ujian dia dapat langsung dapat sertifikasi Skom....

Tetapi Bagi Sebagian orang seperti yang sudah mendapatkan sertifikat atau ijasah sarjana komputer itu sudah merasa dirugikan karena dengan lsp hanya dengan membayar dengan harga cukup besar dan persyaratan untuk masuknya pun tidak harus s1 melainkan dari sma pun dapat mendapatkan sertifikasi tersebut....jadfi bagi yang sudah S1 skom...itu bisa jadi pandangan orang menjadi miring tentang pendapat LSP....

Jadi Semua tergantung Orang Yang Berpendapat...........

Fraud IT

“Bank Fraud”, Apa dan Mengapa Masih Terjadi

SAAT ini kita masih sering dikejutkan dengan berita-berita miring tentang penyalahgunaan uang negara maupun dana masyarakat, terutama yang terjadi pada bank sebagai suatu lembaga kepercayaan. Dalam kondisi yang serba memprihatinkan, terutama dalam kondisi masih berlangsungnya proses reformasi di segala bidang, baik ekonomi maupun politik, dan dalam tatanan hidup bernegara dan bermasyarakat. Di saat itulah kita terenyak, mengapa hal itu masih saja terjadi seakan-akan tidak ada habisnya. Kita lalu bertanya, apa yang salah dan siapakah yang patut dipersalahkan dalam kondisi demikian.

MENGENAI jenis-jenis atau tipologi fraud (fraud typologies) dan mengapa fraud terjadi, Delf (2004) membedakan fraud menjadi empat jenis. Pertama, asset misappropriation. Ini meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value).

Kedua, fraudulent statement. Ini meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing.

Ketiga, bribery/corruption. Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelolaan yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisma).

Keempat, cybercrime. Ini jenis fraud yang paling canggih dan dilakukan oleh pihak yang mempunyai keahlian khusus yang tidak selalu dimiliki oleh pihak lain. Cybercrime juga akan menjadi jenis fraud yang paling ditakuti di masa depan di mana teknologi berkembang dengan pesat dan canggih.

Namun, sesungguhnya jenis fraud ini hanya evolusi dari jenis fraud tradisional, tetapi memakai media elektronik sehingga menjadi sulit terdeteksi atau membutuhkan pembuktian sejenis yang sama canggihnya.

Misalnya, pencurian data elektronis dan penggunaan virus untuk menghancurkan jaringan korban sehingga fraudster (orang yang melakukan tindakan fraud) dapat mengambil dana korban.

Mengapa terjadi “bank fraud”?

Bank fraud terjadi antara lain karena, pertama, adanya opportunites. Yakni, adanya kesempatan dan kemampuan untuk melakukan dan menyembunyikan fraud sehubungan dengan kurangnya pengawasan atau enforcement yang memadai di bank.

Atau, kemungkinan kontrol bank dalam menjalankan fungsinya tidak dapat memberikan tekanan yang kuat untuk menghindari terjadinya praktik fraud tersebut, ditambah dengan kurangnya pengawasan manajemen (management oversight) terhadap pelaksanaan fungsi kontrol tersebut.

Dapat juga disebabkan karena besarnya load transaksi rutin yang terus-menerus dilakukan sehingga menimbulkan kelalaian (negliance) dalam kontrol dan pengecekan.

Kedua, faktor pressure. Yakni berhubungan dengan pandangan/pikiran dan keperluan pegawai/pejabat yang terkait dengan aset yang dimiliki perusahaan tempat ia bekerja. Tekanan yang dihadapi dapat menyebabkan orang yang jujur mempunyai motif untuk melakukan fraud, di samping adanya kesempatan dan kemampuan tadi

Ketiga, rationalization. Yaitu, seseorang mungkin melakukan tindakan fraud apabila yang bersangkutan mempunyai pandangan dan moral serta kode etik pribadi (personal code of ethics) yang rendah.

Dalam suatu komunitas, individu yang berinteraksi mempunyai standar etika yang berbeda, ada pihak yang sangat menjunjung tinggi moral dan etika meskipun hidupnya sederhana dibandingkan dengan yang lain.

Ada pegawai yang mempunyai moral yang rendah (low self-esteem) dan memandang bahwa tindakan fraud adalah sesuatu yang biasa

who want to chat with me!!